KATA
PENGANTAR
Pertama saya panjatkan puji syukur kehadirat Allah
SWT, atas rahmat dan karunianya yang telah diberikan kepada saya. Semoga shalawat dan salam selalu dilimpahkan kepada
junjungan nabi besar Muhammad SAW, beserta sahabat dan keluarganya, serta pengikutnya
hingga akhir zaman. Amin.
Saya
selaku penyusun artikel, alhamdulillah telah berhasil
menyelesaikan artikel “Bahasa Indonesia” tentang “Peranan
Komunikasi Antara Guru dan Siswa dalam Proses Belajar Mengajar”. Dan artikel ini saya ajukan sebagai tugas untuk
melaksanakan kewajiban sebagai mahasiswa.
Semoga
dengan tersusunnya artikel ini, diharapkan dapat membantu mahasiswa dalam memahami
bagaimana peranan komunikasi dalam proses belajar mengajar terutama
antara guru dan siswanya.
Saya menyadari bahwa penulisan dan
penyusunan artikel ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu adanya
masukan, pendapat, maupun kritik dan saran yang membangun sangat diperlukan.
Semoga hasil makalah ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkan dan mendapat
ridho Allah SWT. Amin.
Samarinda, 11 Juni 2012
Penyusun
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR
…………………………………………………………………………………………………………… ii
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………………………………………………. iii
BAB I PENDAHULUAN
……………………………………………………………………………………………………… 1
A.
Latar Belakang
…………………………………………………………………………………………………………. 1
B.
Rumusan Masalah
…………………………………………………………………………………………………….. 1
C.
Tujuan
……………………………………………………………………………………………………………………… 1
D.
Manfaat
……………………………………………………………………………………………………………………. 2
BAB II METODE PENELITIAN
………….………………………………………………………………………………… 3
BAB III PEMBAHASAN
………….………….………………………………………………………………………………… 4
A.
Pengertian Guru, Siswa, Komunikasi dan
Pendidikan ...................................................................... 4
B.
Komunikasi
Interpersonal …..…………….................................................................................................... 6
C.
Penciptaan
Iklim Komunikatif ……………………………............................................................................ 8
BAB IV PENUTUP
……………………………………………………………………………………………………………… 10
Kesimpulan
…………………………………………………………………………………………………………………. 10
Saran
…………………………………………………………………………………………………………………………… 10
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan
berisi suatu interaksi antara pendidik dan peserta didik sebagai suatu usaha untuk
membantu peserta didik dalam mewujudkan tujuan-tujuan pendidikan. lnteraksi
tersebut dapat berlangsung dalam lingkungan keluarga dan sekolah (Sukmadinata,
1998: 1). Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal memegang peran signifikan
dalam proses pengajaran.Pendidikan dapat mengubah pandangan hidup, budaya dan
perilaku manusia. Pendidikan juga berfungsi mengantar manusia menguak tabir
kehidupan sekaligus menempatkan dirinya sebagai pelaku dalam setiap perubahan.
Pendidikan menurut Meier (2002:41) bertujuan menyiapkan manusia untuk
menghadapi berbagai perubahan yang membutuhkan kekuatan pikiran, kesadaran dan
kreatifitas.
Proses belajar
mengajar akan senantiasa merupakan proses kegiatan interaksi antara dua unsur
manusiawi di mana siswa sebagai pihak yang belajar dan guru sebagai pihak yang
mengajar. Proses itu sendiri merupakan mata rantai yang menghubungkan antara
guru dan siswa sehingga terbina komunikasi yang memiliki tujuan yaitu tujuan
pembelajaran.
B. Rumusan Masalah
1. Apa
pengertian dari Guru, Siswa, Komunikasi dan Pendidikan?
2. Bagaimana
bentuk komunikasi yang memungkinkan berlangsungnya proses belajar mengajar yang
efektif?
3. Bagaimana
cara penciptaan iklim komunikatif
yang merupakan wahana atau sarana bagi tercapainya tujuan pembelajaran yang
optimal?
C.
Tujuan
1.
Mengetahui pengertian dari Guru, Siswa,
Komunikasi dan Pendidikan
2.
Mengetahui bentuk
komunikasi yang memungkinkan berlangsungnya proses belajar mengajar yang
efektif
3.
Mengetahui cara penciptaan iklim komunikatif yang merupakan wahana atau
sarana bagi tercapainya tujuan pembelajaran yang optimal
D. Manfaat
Manfaatnya yaitu
agar kita bisa mengetahui bagaimana bentuk komunikasi yang efektif untuk
digunakan dalam proses belajar-mengajar agar mencapai tujuan yang maksimal.
BAB II
METODE PENELITIAN
Dalam hal
ini, saya menggunakan metode penelitian Pendekatan secara langsung terhadap
objeknya, yaitu Memperhatikan pola perilaku guru dan murid. Dari memperhatikan
hal tersebut, maka dapat diketahui seperti apa peranan guru terhadap muridnya.
Serta memahami bagaimana bentuk komunikasi yang efektif agar informasi yang
diberikan dapat diterima oleh muridnya dengan baik. Dan bentuk komunikasinya
juga tidak hanya melalui perkataan melainkan juga melalui pola dan ekspresi
dari sikap tubuh.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Pengertian Guru, Siswa, Komunikasi
dan Pendidikan
Sebelum
membahas lebih jauh mengenai bagaimana peranan komunikasi dalam proses belajar
mengajar, akan dijelaskan terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan komunikasi,
guru dan siswa. Komunikasi adalah Proses penyampaian pesan dari
komunikator kepada komunikan yang dapat menimbulkan efek tertentu. Guru adalah
seorang anggota masyarakat yang berkompeten dan memperoleh kepercayaan
dari masyarakat dan atau pemerintah untuk melaksanakan tugas, fungsi dan
peranannya, yakni mengajar, mendidik dan membimbing serta menuntut siswa dalam
belajar atau dengan kata lain guru adalah salah satu komponen manusiawi dalam
usaha pembentukan sumber daya manusia dan sebagainya. Sedangkan
Siswa adalah Setiap orang yang menerima pengaruh dari seseorang atau
sekelompok orang yang menjalankan kegiatan pendidikan.
Keduanya merupakan unsur paling vital didalam proses belajar mengajar.
Sebab, seluruh proses, aktivitas orientasi serta relasi-relasi lain yang
terjalin untuk menyelenggarakan pendidikan selalu melibatkan keberadaan guru
dan siswa sebagai aktor pelaksana. Hal itu sudah menjadi syarat mutlak atas
terselenggaranya suatu kegiatan pendidikan. Dengan mendasarkan pada pengertian
bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dari guru yang bertujuan untuk
mengembangkan kualitas siswa, terkandung suatu makna bahwa proses yang
dinamakan pendidikan itu tidak akan pernah berlangsung apabila tidak hadir guru
dan siswa dalam rangkaian kegiatan belajar mengajar. Sehingga bisa dikatakan bahwa
guru dan siswa merupakan pilar utama terselenggaranya aktivitas pendidikan.
Guru dan siswa merupakan dua jenis yang dimiliki oleh manusia-manusia
yang memainkan peran fungsional dalam wilayah aktivitas yang terbingkai sebagai
dunia pendidikan. Masing-masing posisi yang melekat pada kedua pihak tersebut
mewajibkan kepada mereka untuk memainkan seperangkat peran berbeda sesuai
dengan konstruksi struktural lingkungan pendidikan yang menjadi wadah kegiatan
mereka. Antara guru dan siswa terikat oleh suatu tata nilai terpola yang
menopang terjadinya proses belajar mengajar sesuai dengan posisi yang
diperankan. Semenjak penyusunan perencanaan pengajaran sampai pada evaluasi
pengajaran telah melibatkan proses hubungan timbal balik antara guru dan siswa
baik secara langsung maupun tidak langsung demi mencapai tujuan kegiatan. Tentu
saja melihat ciri khas tujuan tersebut mengindikasikan bahwa iklim dan
orientasi belajar mengajar selalu mengupayakan terjadinya transformasi nilai
substansi pendidikan agar sampai pada level pemahaman para siswa dengan
indikasi terpenuhinya kriteria peningkatan kemampuan pribadi baik pada ranah
kognitif, afektif maupun psikomotorik.
Selain itu proses perembesan nilai dominan tersebut tentunya menyebar dan
mendapat reaksi aktif dari para peserta didik dengan beragam kemampuan, identitas,
karakter individu maupun kelompok serta unsur sosial lain yang ikut terlibat
dalam atmosfir orientasi edukatif rupanya berhasil menciptakan keragaman pola
hubungan beserta aneka ragam hasil dari interaksi belajar mengajar antara guru
dan murid di dalam lingkungan belajarnya. Semua proses itu merupakan
konsekuensi logis atas terbentuknya dunia sekunder aktivitas sekelompok manusia
bernama lingkungan pendidikan yang di dalamnya mencakup kompleksitas aktivitas
individu, kelompok dan sub-kultur lain yang ikut terlibat. Sehingga apapun yang
terlaksana juga mengikutsertakan jaring-jaring nilai, peran, status, hak dan
kewajiban serta implikasi-implikasi sosial lainnya.
Seorang
guru memiliki peranan dalam proses belajar mengajar, yaitu:
Sekolah adalah lembaga formal yang
diberi tanggung jawab untuk meningkatkan perkembangan anak termasuk konsep diri
mereka. Konsep diri sendiri bukan merupakan faktor bawaan, melainkan dari
pengalaman-pengalaman yang terus menerus terdiferensiasi. Oleh sebab itu,
diperlukan guru-guru yang berkualitas untuk bisa memberikan contoh dan
pengajaran yang baik bagi para siswanya agar konsep diri yang positif dapat
terbentuk. Guru sebagai orang tua kedua bagi para siswa saat mereka berada di
sekolah, dituntut agar mampu memberikan rasa kenyamanan kepada para siswa baik
dalam belajar maupun diluar jam belajar.
B. Komunikasi Interpersonal
Bentuk komunikasi interpersonal antara guru dengan
guru, guru dengan siswa, dan siswa dengan siswa merupakan kondisi yang
memungkinkan berlangsungnya proses
belajar mengajar yang efektif, karena setiap personal diberi kesempatan
untuk ikut serta dalam kegiatan di dalam kelas sesuai dengan kemampuan
masing-masing. Sehingga timbul situasi sosial dan emosional yang menyenangkan
pada tiap personal, baik guru maupun siswa dalam melaksanakan tugas dan
tanggung jawab masing-masing. Dalam menciptakan iklim komunikatif guru
hendaknya memperlakukan siswa sebagai individu yang berbeda-beda, yang
memerlukan pelayanan yang berbeda pula, karena siswa mempunyai karakteristik
yang unik, memiliki kemampuan yang berbeda, minat yang berbeda, memerlukan
kebebasan memilih yang sesuai dengan dirinya dan merupakan pribadi yang aktif.
Untuk itulah kemampuan berkomunikasi guru dalam kegiatan pembelajaran sangat
diperlukan.
Komunikasi antarpribadi yang dilakukan
oleh guru selama mengajar diharapkan tidak hanya terfokus pada pelajaran
semata, tetapi juga berpengaruh pada konsep diri mereka. Para guru harus bisa
memahami siswa/siswinya, terutama mereka yang memasuki usia remaja yang rentan
dengan berbagai macam pengaruh dari lingkungan. Dengan adanya komunikasi
antarpribadi guru dengan siswa diharapkan dapat membentuk konsep diri yang
telah ada sebelumnya menjadi lebih baik. Selain itu, proses komunikasi secara sirkular juga dibutuhkan dalam proses
belajar mengajar, karena dalam komunikasi harus ada timbal
balik (feedback) antara komunikator dengan komunikan. Begitu juga dengan
pendidikan membutuhkan komunikasi yang baik, sehingga apa yang disampaikan,
dalam hal ini materi pelajaran, oleh komunikator (guru) kepada komunikan
(siswa) bisa dicerna oleh siswa dengan optimal, sehingga tujuan pendidikan
yang ingin dicapai bisa terwujud. Tidak mungkin bila komunikasi dilakukan tidak
baik maka hasilnya akan bagus.
Dimana fungsi
dan tujuan pendidikan nasional yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sisdiknas bab II Pasal 3 berbunyi: “Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab”.
Tujuan
pendidikan tidak mungkin
terwujud bila tidak dibarengi dengan faktor penunjangnya. Salah satunya adalah
komunikasi. Dan dapat disimpulkan
bahwa komunikasi memiliki peranan penting dalam proses belajar mengajar. “Komunikasi merupakan faktor penunjang
tercapainya tujuan pendidikan dalam proses belajar mengajar”.
Guru harus menempatkan usaha memotivasi
siswa pada perencanaan pembelajarannya. Sebagai mana yang diungkapkan oleh
Gagne yang dikutip oleh Abdul Majid (2008:69) Siswa sadar akan tujuan yang
harus dicapai dan bersedia melibatkan diri. Hal ini sangat berperan karena
siswa harus berusaha untuk memeras otaknya sendiri. Kalau kadar motivasinya
rendah siswa akan cenderung membiarkan permasalahan yang diajukan. Maka peran
guru dalam hal ini adalah menimbulkan motivasi siswa dan menyadarkan siswa akan
tujuan pembelajaran yang harus dicapai. Sebagai komponen yang secara langsung berhubungan dengan permasalah
rendahnya motivasi belajar siswa, maka guru harus mengetahui beberapa hal yang
bisa dilakukannya untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa, diantaranya adalah
:
1. Memilih
cara dan metode mengajar yang tepat
termasuk memperhatikan penampilannya
2. Menginformasilkan
dengan jelas tujuan pembelajaran yang ingin dicapai
3. Menghubungkan
kegiatan belajar dengan minat siswa
4. Melibatkan
siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran misalnya melalui kerja kelompok
5. Melakukan
evaluasi dan menginformasikan hasilnya, sehingga siswa mendapat informasi yang
tepat tentang keberhasilan dan kegagalan dirinya
6. Melakukan
improvisasi-improvisasi yang bertujuan untuk menciptakan rasa senang anak
terhadap belajar. Misalnya kegiatan belajar diseling dengan bernyanyi bersama
atau sekedar bertepuk tangan yang meriah
7. Menanamkan
nilai atau pandangan hidup yang positif tentang belajar misalnya dalam agama
islam belajar dipandang sebagi sebuah kegiatan
jihad yang akan mendapatkan nilai amal disisi Allah.
8. Menceritakan
keberhasilan para tokoh-tokoh dunia yang dimulai dengan mimpi-mimpi mereka dan
ceritakan juga cara-cara mereka meraih mimpi-mimpi itu. Ajak siswa untuk bermimpi meraih sukses dalam
bidang apa saja seperti mimpinya para tokoh dunia tersebut.
9. Memberikan
respon positif kepada siswa ketika mereka berhasil melakukan sebuah tahapan
kegiatan belajar. Respon positif ini bisa berupa pujian, hadiah, atau pernyataan-pernyataan
positif lainnya.
C.
Penciptaan
Iklim
Komunikatif
Ada beberapa
kemampuan komunikasi yang harus dimiliki oleh guru dalam proses belajar
mengajar, yaitu:
1. Kemampuan
guru mengembangkan sikap positif siswa dalam kegiatan pembelajaran. Dengan cara menekankan kelebihan-kelebihan siswa bukan
kelemahannya, menghindari kecenderungan untuk membandingkan siswa dengan siswa
lain dan pemberian insentif yang tepat atas keberhasilan yang diraih siswa.
2. Kemampuan
guru untuk bersikap luwes dan terbuka dalam kegiatan pembelajaran. Bisa dilakukan dengan menunjukkan sikap terbuka
terhadap pendapat siswa dan orang lain, sikap responsif, simpatik, menunjukkan
sikap ramah, penuh pengertian dan sabar (Ali Imran, 1995). Dengan terjalinnya
keterbukaan, masing-masing pihak merasa bebas bertindak, saling menjaga
kejujuran dan saling berguna bagi pihak lain sehingga merasakan adanya wahana
tempat bertemunya kebutuhan meraka untuk dipenuhi secara bersama-sama
3. Kemampuan
guru untuk tampil secara bergairah dan bersungguh-sungguh dalam kegiatan
pembelajaran. Dengan cara
penyampaian materi di kelas yang menampilkan kesan tentang penguasaan materi
yang menyenangkan. Karena sesuatu yang energik, antusias, dan bersemangat
memiliki relevansi dengan hasil belajar. Perilaku guru yang seperti itu dalam
proses belajar mengajar akan menjadi dinamis, mempertinggi komunikasi antar
guru dengan siswa, menarik perhatian siswa dan menolong penerimaan materi
pelajaran.
4. Kemampuan
guru untuk mengelola interaksi siswa dalam kegitan pembelajaran. Berhubungan dengan komunikasi antar siswa, usaha guru
dalam menangani kesulitan siswa dan siswa yang mengganggu serta mmpertahankan
tingkah laku siswa yang baik. Agar semua siswa dapat berpartisipasi dan
berinteraksi secara optimal, guru mengelola interaksi tidak hanya searah saja
yaitu dari guru ke siswa atu dua arah dari guru ke siswa dan sebaliknya,
melainkan diupayakan adanya interaksi multi arah yaitu dari guru ke siswa dan
dari siswa ke siswa.
Jadi semua
kemampuan guru diatas mengarah pada penciptaan iklim komunikatif yang merupakan
wahana atau sarana bagi tercapainya tujuan pembelajaran yang optimal.
BAB IV
PENUTUP
1.
Kesimpulan
Proses belajar mengajar antara guru dan siswa merupakan salah satu contoh
bentuk komunikasi sehari-hari. Komunikasi memiliki peranan yang sangat penting
dalam proses belajar mengajar salah satunya yaitu mencapai tujuan pendidikan.
Tanpa adanya komunikasi, proses belajar mengajar tidak akan bisa berjalan
dengan baik. Bentuk komunikasi yang efektif untuk digunakan dalam kegiatan
belajar mengajar adalah bentuk komunikasi antarpersonal dan sirkular. Karena dalam
kedua proses tersebut dapat menghasilkan feedback (timbal balik) yang dimana
dapat mengetahui apakah komunikasi dapat diterima dengan baik atau tidak.
Selain itu kedua proses tersebut dapat memaksimalkan penyampaian informasi dari
guru kepada siswanya. Agar informasi yang diberikan oleh guru dapat diterima
dan dicerna dengan baik oleh siswanya.
2.
Saran
Untuk memperoleh pembelajaran yang berkualitas agar menghasilkan prestasi
belajar yang berkualitas pula, maka perlu diperhatikan unsur-unsur yang secara
langsung berkaitan dengan berlangsungnya suatu proses belajar mengajar
tersebut. Yang terpenting adalah komunikasi yang terjalin didalamnya. Selain
komunikasi, ada juga hal lain yang harus diperhatikan yaitu: guru, siswa,
kurikulum dan sarana, serta faktor lain yang sifatnya kontekstual agar peranan
komunikasi dalam proses belajar mengajar dapat terealisasi dengan baik, yaitu
agar dapat tercapainya suatu tujuan pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
http://meetabied.wordpress.com/2009/10/30/komunikasi-antara-guru-dan-siswa/
Effendy.,M.A,
Prof. Onong Uchjana. 2003. Ilmu, Teori
dan Filsafat Komunikasi. Bandung: Citra Aditya Bakti
0 komentar:
:)) :)] ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} ~x( :-t b-( :-L x( =))
Posting Komentar